
ATLAS FUSHPI SEBAGAI BASIS MODERASI BERAGAMA DI PTKI
Moderasi beragama sejatinya adalah tonggak terwujudnya toleransi dan kerukunan, baik dalam skala nasional maupun internasional. Korelasinya dengan kajian Islam, moderat selalu mengutamakan toleransi dalam setiap perbedaan sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling membangun kerja sama dengan dasar kemanusiaan. Mempercayai Islam sebagai agama yang paling benar, tidak mesti harus menganggap agama lain sesat. Dari sini akan terwujud ukhuwah dan persatuan antar agama, seperti yang pernah terjadi di Madinah di bawah komando Rasulullah SAW.
Dalam konteks mengembangkan moderasi Bergama yang digaungkan Kemenag RI, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) sangat tepat jika dijadikan pusat laboratoriumnya. Hal ini karena PTKI menjadi lahan tersemainya gagasan kebangsaan, terpusatnya pemikiran kritis, tertancapnya nilai-nilai multikulturalisme, tempat penyampaian pesan-pesan agama yang damai dan toleran, serta penebaran cinta kepada kemanusiaan. Ini semuanya telah mewujud dalam narasi sejarah tujuan didirikannya PTKI dan segala macam turunannya yang berorientasi pada moderasi Beragama.
Penggaungan moderasi Beragama dalam PTKI ini bisa dilakukan dengan –salah satunya– membangkitkan budaya literasi. Pola ini sebenarnya sudah terbentuk sejak berdirinya STAIN-IAIN-UIN yang kajian di dalamnya terdapat kecenderungan tentang agama-agama lain. Hal ini dapat diketahui dari Fakultas Ushuluddin yang memiliki fokus kajian pada Progam Studi Perbandingan Agama (PA) yang saat ini beralih menjadi Studi Agama-Agama (SAA). Prodi ini sejatinya mencoba menelisik dan memahami secara komprehensif fenomena agama yang berkembang di masyarakat. Melalui kajian Prodi SAA, dialog antar-agama telah berkembang dan pada akhirnya dapat mendorong terciptanya pemahaman komprehensif yang berimbas pada toleransi kehidupan beragama di masyarakat.
Budaya literasi dalam dunia kampus tidak dapat dipungkiri sangat penting untuk terus digalakkan. Tidak hanya dikhususkan bagi para Dosen, akan tetapi juga bagi para mahasiswanya. Dunia literasi dalam konteks ini bisa dikembangkan dengan cara menulis karya ilmiah, meskipun dalam praktiknya, menulis tidak bisa dilepaskan dari tradisi membaca yang menjadi tonggak awal terciptanya ide pemahaman untuk menentukan sebuah gagasan. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam adalah satu dari Sembilan Fakultas yang ada di UIN Raden Fatah Palembang yang mencoba menggalakkan budaya literasi bagi para mahasiswanya dengan cara mengadakan kegiatan Academic Writing Class (ATLAS).
Kegiatan ATLAS ini, selain dimaksudkan untuk menumbuhkan tradisi membaca dan meningkatkan mutu akademik mahasiswa, juga kegiatan ATLAS ini bisa dikatakan sebagai basis penguatan moderasi Bergama yang digaungkan Kemenag RI. Ini mengacu dari output yang dihasilkan dari kegiatan ATLAS yang telah membawa dampak signifikan bagi pemahaman baru tentang moderasi beragama. Pasalnya, lebih dari 80 mahasiswa yang mengikuti kegiatan ATLAS itu, telah berhasil menulis karya ilmiah sesuai dengan keilmuan Prodi yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUSHPI) UIN Raden Fatah Palembang, termasuk di dalamnya kajian tentang “Moderasi Beragama”.
Misalnya, terdapat mahasiswa Prodi SAA yang menulis karya ilmiah dengan tema “Kajian Identitas Muslim Tionghoa di Palembang”, “Moderasi Beragama dalam Menghadapi Era Pandemi” dan “Menjadi Muslim Sejati: Telaah Toleransi umat Beragama di Sumatera Selatan”. Dari Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT) ada yang menulis “Memelihara Emosi Keagamaan dan Relevansinya terhadap Islam Washatiyyah dalam Perspektif QS. al-Baqarah [2]: 143”, “Elementer Kehidupan Beragama di Era Disrupsi Digital: Telaah QS. al-Maidah [5]: 8”, “Relasi Harmonis Wasattiyah dalam Moderasi Beragama”, dan “Moderasi Beragama Kaum Milenial: Studi Pemikiran Habib Husein Ja’far al-Hadar”.
Selanjutnya ada karya ilmiah dari mahasiswa Prodi Tasawuf dan Tsikoterapi (TP), yang menulis “Konsep Islam Cinta Menurut Haidar Bagir dalam Menyikapi Radikalisme di Indonesia”, mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) menulis “Pluralisme Agama sebagai Solusi Krisis Moral (Analisis Pemikiran Nurcholis Madjid tentang Pluralisme”, dan Prodi Ilmu Hadis yang mahasiswanya juga memberikan sumbangsih pemikiran yang berkaitan dengan Moderasi Beragama. Hal ini karena tema “Moderasi Beragama” telah hangat diperbincangkan sekaligus dianjurkan Fakultas untuk ditelaah lebih mendalam sesuai dengan keilmuan Prodi masing-masing melalui kegiatan ATLAS.
Dengan kesuksesan dari kegiatan ATLAS yang sudah hamper berjalan selama dua tahun, yakni para mahasiswa yang mengikuti ATLAS berhasil menerbitkan artikel di Jurnal nasional terakreditasi maupun tidak terakreditasi, dan mempresentasikan artikelnya di seminar nasional maupun Internasional, direncanakan kegiatan ATLAS akan dikembangkan sampai ke ranah Universitas dengan tujuan agar semua para mahasiswa dapat menulis karya ilmiah dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah kepenulisan. Tentunya, tema yang dianjurkan masih berkaitan dengan moderasi Beragama sebagaimana yang digaungkan oleh Kemenag RI.
Terlepas dari hal itu, implikasi dari kegiatan ATLAS ini dapat membawa dampak positif bagi para mahasiswa ketika terjun di masyarakat. Pemahaman-pemahaman yang dihasilkan dari budaya literasinya bisa mencerahkan masyarakat luas, khsusunya yang berkaitan dengan toleransi umat beragama, sikap moderat, komitmen kebangsaan, anti kekerasan, dan akomodatif dengan budaya lokal. Oleh karena itu, kegiatan ATLAS bagi mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam ini bisa dikatakan sebagai basis moderasi dalam ruang PTKI se-Indonesia. (Eko Zulfikar)